Di Shubra, salah satu bilangan kumuh dan miskin di sebelah Selatan Kairo, beberapa agen penjual organ tubuh manusia sangat mudah ditemukan. Kebanyakan korban adalah kalangan pemuda yang hidup "miskin dan tak punya masa depan."
Harian independen Mesir al-Mashri al-Yaum (16/12) menceritakan kisah salah seorang korban bernama Idris (33) yang telah menjual ginjalnya kepada seorang agen dengan harga $ 2.500 (sekitar 25 juta rupiah). Agen tersebut kemudian menjual lagi ginjal tersebut kepada seorang wisatawan asal Arab Teluk dengan harga $ 3.000.
Survei Pakta Internasional untuk Memerangi Penjualan Organ Tubuh (COFS) menyatakan bahwa 79 % kondisi kesehatan para korban yang telah melakukan operasi pencopotan organ tubuh mereka untuk dijual umumnya semakin buruk. Mereka kerap merasa kesakitan dan tidak mampu menjalankan aktivitas-aktivitas berat.
Kemiskinan dan suramnya masa depan adalah faktor utama yang mendorong para korban, yang kebanyakan masih berusia muda, untuk menjual organ tubuh mereka. Selain itu, faktor lain yang menyuburkan maraknya fenomena tersebut adalah minimnya pengetahuan masyarakat menengah kebawah akan pendidikan kesehatan.
Di Kairo, ibu kota Mesir, perbedaan status sosial dan gaya hidup antara yang kaya dan miskin memang tampak sangat kasat mata.
Sebelumnya, di awal bulan ini, al-Mashri al-Yaum juga mengabarkan seorang pemuda asal Hussain (sebuah bilangan miskin di Kairo Tengah) yang masih berusia 19 tahun, diambil paru-paru bagian kanannya untuk dijual di sebuah rumah sakit ternama di Dokki (sebuah bilangan kaya di tepian Nil di Giza). [mry/atj/www.hidayatullah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar