Hidayatullah.com-- Sebut saja Marcus Squirrell, seorang mahasiswa doktor di Swinburne University of Technology, Melbourne, Australia. Dalam temuannya yang baru-baru ini diliput oleh berbagai media masa dunia, termasuk Itnews, itnews.com.au, 30 Oktober 2008 dengan judul “Internet sex causes depression” (seks internet menyebabkan depresi (kemurungan)).
Berita itu meliput kajian yang melibatkan orang-orang yang membuang-buang waktunya berjam-jam untuk memuaskan nafsunya di dunia maya.
Temuan Squirrel menyebutkan bahwa lebih dari 27% orang penikmat pornografi maya yang diteliti itu mengalami depresi (kemurungan) tingkat menengah hingga tingkat parah. Tiga puluh persen lagi menderita rasa khawatir tingkat tinggi, sedangkan 35 persen lainnya mengalami stress (perasaan tertekan) tingkat menengah hingga tingkat parah.
Mengejutkannya lagi, peneliti asal Australia itu menemukan bahwa orang-orang yang dilibatkan dalam penelitiannya itu ternyata berpendidikan tinggi. Kebanyakan mereka melakukan chatting, terlibat dalam kegiatan seksual melalui kamera komputer, mengunduh video dan gambar, atau mengirimkan email-email porno. Dua belas jam mereka habiskan setiap pekannya untuk kegiatan birahi maya yang merusak mental mereka itu.
Penelitian ini melibatkan 1.325 orang Amerika dan Australia. Dari penelitian itu terlihat bahwa semakin banyak mereka melampiaskan hasrat seksual melalui aneka kegiatan menggunakan internet, semakin tinggi tingkat depresi dan rasa khawatir mereka.
Kesehatan mental sangatlah terkait erat dengan kesehatan tubuh. Gangguan jiwa seperti depresi dan rasa khawatir dapat memperbesar serangan penyakit mematikan seperti gangguan jantung. Demikian temuan ilmuwan asal McGill University dan Université de Montréal, Kanada.
Sebagaimana dilaporkan Sciencedaily.com dengan judul “Depression And Anxiety Can Double Chances Of Heart Ailments” (Depresi dan Rasa Khawatir Dapat Melipatgandakan Kemungkinan Berpenyakit Jantung), rasa khawatir dan depresi parah dapat melipatduakan kemungkinan gangguan jantung yang berulang-ulang pada pasien yang menderita penyakit arteri koroner. [cr/ itnews/sciencedaily/www.hidayatullah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar